Nisfu Sya’ban dan BUMDesa

publisher

Updated on:

berjambi.com, – Nanti malam kita baru saja memperingati malam Nisfu Sya’ban. Nisfu yang berarti pertengahan. Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam hitungan kalender hijriah. Secara harfiah, ia berasal dari syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan.

Ada juga yang mengatakan, sya‘ban berasal dari kata as-syi‘bu’ yang bermakna sebuah jalan di gunung. Secara umum Sya’ban diyakini mengandung keistimewaan, terlebih menjelang tibanya bulan suci Ramadhan. Suatu ketika Usamah bin Zaid menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia tidak pernah melihat beliau melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya’ban

Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Pada bulan Sya’ban ini, umat Islam dianjurkan untuk banyak melakukan puasa. Sedangkan pada malam Nisfu Sya’ban dianjurkan shalat sunat mutlak dan membaca yasin sebanyak tiga kali. Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki  mengatakan,  tak ada larangan bagi seseorang yang mengiringi amal salehnya dengan permintaan dan permohonan hajat agama dan dunia, jiwa dan raga, lahir dan batin. Siapa saja yang membaca Surat Yasin atau surat lainnya dengan ikhlas lillahi ta‘ala sambil memohon keberkahan pada usia, harta, dan kesehatan, maka hal itu tak masalah. Artinya, orang ini telah menempuh jalan yang baik (dengan catatan ia tidak meyakini bahwa amal salehnya itu disyariatkan secara khusus untuk hajat tersebut).

Dalam kitab Fathul Qorib, disebutkan bahwa  setiap kali pembacaan yasin tersebut diniatkan hal yang berbeda. Pembacaan yasin pertama diniatkan agar diberikan panjang umur, kedua niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang lain
Pesan ekonomi pada pembacaan yasin yang pertama yakni gunakan umur kita untuk berusaha semaksimal mungkin. Sehingga bisa mengapai apa yang kita impikan. Umur manusia sama dengan umur BUMDesa, tidak tahu sampai berapa lama. Oleh karena itu, berbuatlah yang baik untuk BUMDesa demi kesejahteraan bersama. Islam mengajarkan kita, jangan menyia nyiakan umur. Umur yang pendek ini gunakanlah untuk berusaha mencari rezeki yang halal. Karena rezeki yang halal akan mendatangkan keberkahan. Keberkahan akan melahirkan kebesaran. BUMDesa diharapkan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat desa. 

Pesan ekonomi pada pembacaan yasin yang kedua yakni agar kita berhati-hati dalam mengimplementasikan kebijakan BUMDesa. Supaya terhindar dari bencana yang mengakibatkan kebankrutan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dalam BUMDesa harus digunakan barometer tertentu dengan data yang valid. Makanya, pencatatan akuntansi BUMDesa merupakan hal yang penting sebagai dasar pengambilan kebijakan. BUMDesa harus memiliki laporan keuangan berupa laporan arus kas, laba rugi, perubahan modal dan neraca. Semua laporan itu saling terkait dan bisa jadi landasan pengambilan keputusan.

Pada pembacaan yasin yang ketiga diniatkan agar  tidak bergantung kepada orang lain. Bagi BUMDesa pesan ini adalah diharapkan bisa menjadi penopang kemandirian desa. Tidak lagi mengandalkan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa, tapi bisa mengandalkan Pendapatan Asli Desa. Kemandirian desa diharapkan tidak hanya dari sisi perencanaan pembangunan dan pelaksanaan, tapi juga dari sisi pembiayaan.

(Penulis adalah Pendamping Desa Kabupaten Tanjung Jabung Barat)