JAMBI – Wakil Walikota Jambi, Dr dr H Maulana MKM menghadiri kegiatan Maulid Nabi dan Seminar Nasional yang diselenggarakan BEM STAI Ahsanta Jambi bekerjasama dengan Akbid JMS Annisah, Jambi. Kegiatan yang diselenggarakan kemarin ini dimulai dengan Maulid Nabi SAW. Kemudian dilanjutkan dengan Seminar Nasional dengan tema Tantangan Literasi Keislaman di Era Industri 4.0.
Wakil Walikota Jambi mengajak civitas akademika untuk mencontoh akhlak Nabi SAW dan para sahabatnya. Dikatakannya, di zaman Rasulullah SAW ada sekelompok sahabat yang secara khusus belajar kepada Rasulullah yang disebut dengan akhlus suffah.
”Makanya didalam Islam, belajar itu sama dengan berjihad, bahkan pahalanya lebih besar dari berjihad di medan perang. Dan yang mengajari menjadi amal jariyah. Mengingat satu kalimat saja jika diajari ke mahasiswa, kemudian diamalkan mereka, maka amalnya akan terus mengalir sampai akhirat,” ucapnya.
Kegiatan ini sendiri dihadiri Camat Jelutung, Lurah Kebun Handil, Ketua RT dan para dosen serta mahasiswa baik STAI Ahsanta Jambi maupun Akbid JMS. Sementara itu, pada Seminar Nasional Wakil Ketua III STAI Ahsanta Jambi, DR Maryadi menyampaikan bahwa saat ini belajar agama sangat mudah. Karena banyak sumber yang bertebaran di dunia maya. ”Hanya saja yang menjadi problem adalah kesulitan mencari guru yang betul-betul memahami Islam, sehingga tidak salah dalam pemahaman,” tegasnya.
Sedangkan Ketua Program Studi Doktor Hukum Islam Universitas Islam Indonesia, Dr Yusdani MAg menyampaikan bahwa di tengah era digital hari ini membuat orang terkadang salah mengambil narasumber belajar Islam. Oleh karena itu, saat ini berani tidak STAI Ahsanta Jambi membuat website yang isinya terkait ajaran Islam tapi bersumber dari guru-guru yang betul memahami Islam.
”Di era industri ini, orang demikian mudah mencari keilmuan Islam lewat media internet, cuma keabsahannya itu kan perlu dipertanyakan,” tegasnya.
Sedangkan Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam UII, Supriyono menyampaikan kegelisahan intelektual muslim hari ini adalah merebaknya sumber-sumber keilmuan Islam tapi tidak terkadang disampaikan tidak oleh yang berkompeten. Terkadang muncul ustadz dadakan yang tidak melalui proses belajar di pesantren. ”Ini saya kira tantangan literasi Keislaman di era milenial ini,” tukasnya. (arm)