Oleh Mohd Haramen
SUATU ketika bertemu para pendamping desa, banyak curhat yang saya terima. Mulai dari kesulitan medan area pendampingan, hingga aparatur desa yang kurang respons dengan arahan pendamping. Itu memang lika liku kerja pendampingan yang sering dialami para pemberdaya. Bertemu dengan banyak orang memang banyak sekali tantangan yang dihadapi. Karena lain orang, lain pula pemikirannya. Apalagi kita hidup pada lingkungan yang berbeda.
Sebagai pendamping desa, kita perlu memiliki trik tertentu dalam berkomunikasi tersebut. Dalam ilmu komunikasi, paling tidak ada beberapa trik untuk menyamakan persepsi dalam berkomunikasi. Pertama, bahasa yang digunakan mudah dipahami. Artinya, pendamping dalam berkomunikasi dengan aparatur desa tidak perlu menggunakan bahasa yang sulit dicerna. Kedua, pahami kepribadian lawan berbicara. Kalau lawan bicara tidak bisa berbahasa yang keras, maka gunakan kelembutan. Sebaliknya jika lawan bicara tidak bisa dengan bahasa yang lembut, gunakan dengan bahasa yang sedikit keras. Dan tidak boleh emosi.
Ketiga, melakukan simpati dengan empati. Dalam berkomunikasi basa-basi sebagai bahasa pembuka sangat penting. Dari situ bisa diketahui suasana hati lawan bicara, apakah sedang sedih, gembira atau mengalami masalah. Dengan demikian, kita bisa memberikan perhatian. Keempat, memperbanyak waktu bersama. Artinya dalam berkomunikasi, pendamping tidak cukup hanya sekali saja, tapi memang perlu berkali-kali untuk berbicara. Terkadang sekali pembicaraan, seseorang belum mengerti maksud dan tujuan kita. Tetapi pada tahapan berikutnya barulah ia mengerti. Kelima, melepaskan sudut pandang personal. Kita jangan sekali-kali memaksakan sudut pandang kita kepada orang lain. Karena, tujuan berkomunikasi bukan memaksakan kehendak, tetapi menyatukan pandangan yang berbeda. Dalam sebuah jalinan komunikasi, persoalan kecil jangan dibesar-besarkan. Sebaliknya persoalan besar harus dikecilkan. Sehingga terjalinlah titik temu. Dan disitulah muncul kesepakatan.
Terlepas dari itu semua, kerja pendampingan harus dipahami adalah pekerjaan kebaikan. Setiap kebaikan yang kita lakukan jangan semata-mata mengharapkan imbalan. Karena hasil maksimal tidak akan pernah diperoleh, ketika sebuah pekerjaan dijalani tidak ikhlas. Percayalah, dalam Alqur’an Surat Al Isra’ ayat 7, Allah berfirman, Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. Artinya, tidak ada kebaikan yang sia-sia saja kita lakukan. Berusahalah, berdo’alah dan teruslah berkarya demi terciptanya desa Surga.
(Penulis adalah Tenaga Ahli Madya Pengelolaan Keuangan Desa dan Pengembangan Ekonomi Lokal untuk Wilayah Provinsi Jambi)