Oleh : Navarin Karim
PILKADA serentak di Indonesia tak lama lagi diselenggarakan, tepatnya 24 November 2024. Tentunya bakal calon kepala daerah membuat berbagai trick agar pemilih terperangkap memilih mereka. Bakal calon kepala daerah akan membuat jargon, visi, misi dan program kerja yang meyakinkan seolah bisa diwujudkan. Inilah yang disebut dengan Aksesoris Politik. Ibarat wanita gunakan kalung emas, cincin, kosmetik, tas berkelas, baju yang sexy. Jika pria, menggunakan kenderaan dan baju yang berkelas, parfum yang dapat menimbulkan kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda, Pembuatan jargon, visi, misi, dan program banyak melibatkan Think Tank supaya lebih meyakinkan, biar dianggap bukan dibuat oleh orang sembarangan, walau tidak ada insurance bisa diwujudkan 100 % atau tidak terwujud sama sekali. Sebagai pemilih-pemilih rational, agar tidak terjebak dengan perangkap-perangkap aksesoris politik, maka harus benar-benar mencermati secara seksama, terutama berkaitan dengan program kerja. Kenapa program kerja? Ini lebih konkrit ditinjau dari jangka waktunya lebih pendek. Bandingkan misi dan visi jangka waktunya lebih lama, sehingga bersifat abstrak. Tentunya program kerja yang dibuat tidak membohongi publik. Jika pada debat kandidat ada program yang bagus, tetapi sumber pembiayaannya masih belum nyata. Ketika agak terdesak, maka jawaban klasiknya akan melakukan pendekatan ke pusat dan atau ke kementerian yang ada cantolan dengan partai pendukung. Bakal calon seolah lupa sekarang adalah era otonomi daerah, dimana sumber pembiayaan real berasal dari daerahnya sendiri (autonomous energies). Kalau bujuk rayunya ke pusat atau kementerian tepat, alhamdulillah. Kalau tidak dapat maka integritas diri dipertaruhkan. Minta bantuan ke pusat bersifat gambling. Misalnya ada mantan kandidat yang merencanakan pembangunan jembatan layang (fly over), yang berharap bantuan pusat. Bujuk rayu tidak jiitu, akhirnya benar-benar hanya jadi mimpi yang tidak terwujud, karena satu tiangpun tidak tidak tercagak. Ada lagi mantan kandidat, dengan program unggulan bantuan dana ke kelurahan. Setelah ia berhasil jadi kepala daerah, masyarakat menagih janji (bahasa Jawa : dioyak). Baru diupayakan. Supaya tidak menciptakan program mimpi, berikut mencoba membuat referensi agar program kerja rational, terukur dan berintegritas.
Program Rational
Program rational dapat diartikan membuat program yang dibutuhkan masyarakat. Bakal calon yang mampu membuat program yang dibutuhkan masyarakat ini dianggap sebagai calon yang kuat dan perlu dipilih. Kenapa demikian. Bukan tanpa alasan. Secara ilmiah dapat diberi alasan, karena orang yang peka terhadap kebutuhan masyarakat jelas mempunyai karakter empathy. Empati adalah kemapuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada diposisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara sesama manusia (https : //www.alodokter. com>mem, 22 April 2022). Empati lebih tinggi nilai kemanusiaannya sekedar hanya simpati. Itulah sebabnya dalam teori 10 kekuatan leaderhip, empati ditempatkan pada posisi pertama. Selanjutnya kebijaksanaan, kemampuan mengajar, keadilan, percaya diri, Akuntabilitas, Inovasi, Gairah, Dedikasi. Tentu untuk mempraktekkan empati dan mengetahui apa yang dibutuhkan ini harus dekat dengan masyarakat dalam menampung aspirasi. Paling tidak lakukan survey apa yang dibutuhkan kelompok-kelompok masyarakat atau mengikuti polemik-polemik tentang demand public yang terjadi dalam masyarakat.
Program Yang Terukur
Setelah yakin akan program yang akan diproklamirkan, maka pastikan sumber pembiayaan yang pasti. Selanjutnya tentukan kuantitas dan kualitas yang akan diadakan sesuai dengan sumber dana yang ada, bukan sumber dana yang sedang diperjuangkan. Jumlah yang akan dibantu betul-betul tepat sasaran dan jangan ada yang terliwatkan, kualitas harus sesuai dengan perencanaan, jangan lupa tetap dikawal dalam action.
Program Yang Berintegritas
Jika terpilih tentunya segera cantumkan dalam perencanaan program yang sudah dijanjikan. Jangan berubah sedikitpun. Jika janji memberikan makan siang, jangan diganti pula dengan sarapan pagi. Jika janjikan minuman susu, jangan pula diganti dengan telur rebus (talua abuih bahasa Minangnya).
Insya Allah pemimpin yang berintegritas ini jika maju lagi dalam pilkada berikutnya akan terpilih kembali, namun jika tidak terpilih lagi sebutan sebagai pemimpin yang berintegritas tetap jadi kenangan yang tak terlupakan. Paling tidak malaikat Raqib sudah mencatat kebaikannya.
————————-
Penulis dosen jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Jambi.