Kuala Tungkal – Kabupaten Tanjung Jabung Barat berhasil tekan angka prevalensi *stunting* menjadi 7 persen pada 2024, dan kini menatap target ambisius penurunan lebih lanjut ke 6,65 persen di 2025 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029. Prestasi ini jadi angin segar dalam *percepatan pencegahan stunting*, yang terus digalakan pemerintah daerah melalui kolaborasi lintas sektor. Bupati Drs. H. Anwar Sadat M.Ag., didampingi Wakil Bupati Dr. H. Katamso S.A., S.E., M.E., secara resmi membuka acara *Publikasi Data Stunting 2025* di Ruang Pola Kantor Bupati pada Kamis (25/9). Acara ini bukan sekadar ritual tahunan, tapi panggilan aksi untuk seluruh elemen masyarakat, agar generasi emas Tanjab Barat tumbuh sehat dan bebas dari ancaman malnutrisi yang bisa hambat masa depan anak-anak.
Suasana di Ruang Pola pagi itu terasa penuh harap, meski topiknya serius. Meja bundar dipenuhi data grafis berwarna-warni, sementara layar proyektor menampilkan peta sebaran stunting di 13 kecamatan Tanjab Barat. Bupati Anwar Sadat, dengan gaya bicaranya yang sederhana tapi menyentuh, langsung menekankan urgensi *sinergi lembaga*. “Stunting bukan urusan satu dinas atau dua orang aja. Ini perang melawan kemiskinan terselubung yang butuh tangan semua pihak—dari orang tua di desa terpencil hingga perusahaan besar di kota. Kalau kita gerak bareng, cepat dan tepat, target 6,65 persen tahun ini pasti kita capai,” tegasnya, disambut anggukan setuju dari hadirin yang memadati ruangan. Ia ingatkan, di balik angka itu ada cerita nyata: bayi di Muara Sabak yang kini bisa lari kencang berkat suplementasi gizi, atau balita di Seberang Ilir yang lolos dari garis wasting karena intervensi dini Puskesmas.
Lebih lanjut, Bupati Anwar Sadat soroti komitmen penguatan koordinasi dengan *stakeholder* luas, termasuk pelaku usaha. “Kami tak bisa sendirian. Perusahaan migas di sini, misalnya, bisa bantu program makan siang bergizi di sekolah. Dengan kolaborasi terarah, kita optimis selesaikan isu stunting ini, biar anak-anak Tanjab Barat jadi generasi sehat yang siap kompetisi global,” ujarnya. Ini selaras dengan semangat nasional menuju *zero stunting* 2029, di mana Jambi targetkan penurunan seragam di semua kabupaten. Tanjab Barat, yang kini peringkat kedua terbaik di provinsi berkat capaian 7 persen tahun lalu, jadi contoh inspiratif. Data dari Agustus 2025, yang dipaparkan Kepala Dinas Kesehatan Zaharuddin SKM, ungkap fakta telanjang: stunting tersebar tak merata, dengan angka tertinggi di daerah pesisir seperti Jambi atau Ogan Ilir, di mana akses pangan segar masih terbatas. Paparan itu juga sentuh isu wasting (gizi kurang hingga buruk) dan underweight (berat badan kurang), yang jadi alarm dini untuk alokasi anggaran lebih tepat—mulai dari posyandu mobile hingga kampanye ASI eksklusif.
Narasi acara makin kaya dengan masukan dari narasumber undangan. Ade Irawansyah dari Bappeda Provinsi Jambi puji Tanjab Barat sebagai kabupaten pionir yang publikasikan data stunting 2025 lebih awal. “Ini langkah maju. Kami dukung teknis, dari mapping hotspot stunting hingga integrasi data ke RPJMD provinsi,” katanya. Sementara Feri T. Sihotang dari Dinas Kesehatan Provinsi tekankan strategi terpadu: “Fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan, dengan intervensi sanitasi dan pendidikan gizi. Tanjab Barat sudah di jalur benar, tapi butuh akselerasi di akar rumput.” Sesi tanya jawab lintas sektor pun hidup: seorang perwakilan UMKM tanya soal keterlibatan swasta dalam distribusi suplemen, dijawa Bupati dengan rencana MoU cepat. Diskusi ini perkuat *aksi konvergensi pencegahan stunting*, di mana dinas kesehatan, pendidikan, dan pertanian janji saling back-up—misalnya, sekolah tanam sayur organik untuk kurangi underweight.
Puncak emosional acara adalah penyerahan piagam penghargaan kepada Puskesmas berprestasi. Bupati Anwar Sadat, Wabup Katamso, Sekretaris Daerah, dan Forkopimda—termasuk Kapolres Tanjab Barat dan Pasiter Kodim 0419/Tanjab—langsung bagikan penghargaan ke tim medis di lapangan yang andil besar capai 7 persen. “Kalian pahlawan tanpa tanda jasa. Dari pengukuran tinggi badan rutin hingga konseling ibu hamil, kontribusi kalian ubah nasib ratusan balita,” kata Bupati, sambil peluk kepala Puskesmas terbaik dari Kecamatan Tungkal Ilir. Momen ini bikin mata berkaca: salah satu perawat cerita, “Tahun lalu, kami selamatkan 50 anak dari stunting berat lewat program timbangan mingguan. Ini buah sinergi dengan PKK desa.”
Hadirin yang datang tak main-main: dari Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesra, Asisten Perekonomian, Kepala Bappeda, Dinas P3AP2KB, Lingkungan Hidup, Kominfo, hingga perwakilan Dinas Pendidikan, PMD, Pengadilan Agama, dan insan pers. Mereka wakili komitmen luas, dari birokrasi hingga masyarakat sipil. Acara tutup dengan doa bersama, tapi pesannya abadi: *penurunan stunting* Tanjab Barat bukan akhir, tapi start lomba lari panjang. Di tengah tantangan seperti banjir musiman yang ganggu pangan atau migrasi pekerja yang tinggalkan anak rawan, inisiatif ini patut diapresiasi. Bupati Anwar Sadat tutup: “Masa depan Tanjab Barat ada di tangan anak-anak kita. Mari jaga mereka sehat, biar *Berkah Madani* kita tak cuma mimpi.”
Prestasi ini juga jadi pelajaran bagi daerah lain di Jambi, yang prevalensinya masih di atas 10 persen rata-rata. Dengan data terbuka seperti ini, Tanjab Barat buka jalan transparansi: alokasi Rp 50 miliar di APBD 2025 khusus stunting, dari bantuan telur ayam kampung hingga toilet keluarga. Siapa tahu, tahun depan target 6,65 persen tercapai, dan Tanjab Barat jadi juara nasional. Ini cerita sukses tentang bagaimana satu data bisa selamatkan seribu nyawa—dan hati.
