WAKTU terus berjalan mengikuti kehidupan manusia. Ada waktu senang, susah, sedih, gembira, miskin dan kaya. Dilihat dari harinya, ada waktu siang dan ada waktu malam. Semua diperputarkan oleh Allah sebagai bagian dari tanda tanda kekuasaanNya.
Cepatnya perputaran waktu tersebut terkadang dikeluhkan oleh sebagian manusia. Hari yang begitu cepat berganti seolah tidak menyempatkannya untuk meraih kesuksesan yang maksimal. Ada juga yang mengeluh lambatnya penantian menunggu matahari terbenam sehingga seolah menjadi pekerjaan yang membosankan. Padahal, manusia itu sendiri yang membuatnya terasa cepat atau lambat. Kata Michael Altshulter “The bad news is time flies. The good news is you are the pilot,” (Berita buruknya adalah waktu berlalu. Kabar baiknya jika Anda jadi pilotnya),”
Jadi memang kita harus menjadi pilot, bukan penumpang dari waktu. Hal ini sejalan dengan fatwa dari Prof Erani Yustika yang mengatakan, seorang Pilot waktu akan mengatur tujuan, rute, kecepatan, termasuk ragam cara memitigasi perubahan cuaca. Ia penentu arah. Sementara itu, penumpang cuma mengerti tujuan dan memasrahkan rute, kecepatan, dan lain-lain kepada pilot. Ketika terjadi turbulensi akibat awan, penumpang tidak paham seberapa gawat masalah tersebut. Mereka gelap dengan keadaan yang sebenarnya sebab cuma mendengarkan panduan. Ia hanya bisa mengikuti aturan dalam cekam.
Dalam ajaran Islam sendiri, Allah memerintahkan hamba-Nya untu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Saking urgenya peranan waktu, maka Allah berkali-kali bersumpah dengan menggunakan kata yang menunjukkan waktu-waktu tertentu. Seperti wa allayl (demi malam), wa al-nahār (demi waktu siang), wa al-subẖ (demi waktu subuh), wa al-fajr (demi waktu fajar), wa al-dhuha (demi waktu dhuha), wa al- ‘ashr (demi waktu ashar).
Kata Waqt berasal dari akar kata وقت yang terdiri dari tiga huruf, yaitu: wau, qaf, dan ta, yang artinya menentukan atau menetapkan waktu. Kata waktu adalah mufrad, bentuk jama‟nya adalah auqa’tun yang mempunyai arti waktu. Mengapa ada bentuk jama’ ? Karena waktu terus berubah.
Kualitas hidup juga ditentukan oleh perubahan tersebut. Perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah pergerakan. Dan keberkahan ada dalam gerakan tersebut. Winston Churchill tak jemu mengingatkan: “To improve is to change; to be perfect is to change often.” Perubahan memang tampak tidak mengenakkan. Meski demikian, dia adalah satu-satunya jalan perbaikan. Maya Angelou punya petuah sederhana perkara ini: “If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your attitude.” Esok hari tahun telah berganti: kemarin direfleksikan, hari ini dirayakan, besok diperjuangkan. Selamat tahun baru 2022.
(Penulis adalah Ketua DKW Laskar Santri Nusantara (LSN) Provinsi Jambi)