Kesalehan Sosial Berpuasa

publisher

DALAM kitab tafsirnya, Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah kedermawanan seorang Sufi yakni Abdullah bin Mubarak. Beliau merupakan salah satu dari tiga sufi termasyhur di abad kedua hijriyah, selain Sufyan al-Tsauri dan Fudhail bin Iyadh. Diceritakan Ibnu Katsir, suatu ketika Abdullah bin Mubarak bertekad untuk menunaikan ibadah haji dan telah menyiapkan bekal yang cukup.

Ketika ia sampai di satu daerah, ia melihat seekor burung mati tergeletak di jalan. Kemudian, beliau mengajak sahabat serombongan dengannya untuk menemaninya membuang bangkai burung itu ke tempat sampah beberapa meter di depannya.
Saat Abdullah bin Mubarak sampai di tempat sampah, di mana bangkai burung tersebut dibuang, ia melihat seorang perempuan keluar dari sebuah rumah dekat tempat sampah itu. Perempuan tersebut mengambil bangkai itu. Kemudian dibawa kembali ke rumahnya. Abdullah bin Mubarak terdiam dan bertanya ihwal tersebut ke perempuan itu.

“Menjauhlah dariku,” pinta perempuan itu.

Kemudian Abdullah bin Mubarak terus bertanya kepadanya, hingga perempuan itu menjawab,

“Sesungguhnya aku punya anak-anak lelaki yang kelaparan dan menangis sejak tiga hari lalu. Dalam kondisi seperti ini aku pikir bahwa bangkai ini halal.”

Mendengar penjelasan itu, Abdullah menyerahkan seluruh uang bekal hajinya ke perempuan tersebut. “Ini sebagai ganti hajiku,” kata Abdullah dan kemudian berlalu dari perempuan itu. Dan Abdullah tidak jadi melaksanakan haji itu.

Namun, anehnya saat musim haji selesai, orang-orang yang menunaikan ibadah haji mengucapkan selamat kepada Abdullah bin Mubarak seolah-olah beliau ikut melaksanakan haji. Dan Abdullah berkata, “Aku tidak meninggalkan negaraku.?.” Tapi tak lama berselang keheranan itu terjawab. Dalam tidurnya, Abdullah bermimpi melihat Rasulullah Saw yang bersabda, “Ketika engkau menyerahkan dinarmu, dan melepaskan kesulitan perempuan dan anak-anak yatimnya, maka Allah mengutus malaikat yang menunaikan haji setiap tahun dalam rupamu sampai hari kiamat dan menjadikan pahala haji itu untukmu.” Kisah ini memberikan teladan bagi kita semua untuk rajin berderma dan bersedekah.

Secara ekonomi, multiplayer effect dari sedekah ini sangatlah besar. Harta yang disedekahkan tersebut akan meningkatkan daya beli masyarakat. Bila daya beli masyarakat meningkat, maka produksi barang dan jasapun akan naik. Bila produksi barang dan jasa naik, maka akan membuka peluang kerja. Banyaknya peluang kerja yang terserap bisa memberikan pendapatan ke masyarakat. Bila pendapatan masyarakat naik, zakat juga akan naik. Bila jumlah orang yang berzakat naik, pada gilirannya akan memberantas kemiskinan.

Puasa memberikan motivasi kepada kita untuk banyak bersedekah. Karena dengan puasa, kita bisa merasakan bagaimana kondisi orang yang kelaparan. Pada akhirnya diharapkan menimbulkan empati. Sehingga kita mau mendermakan sebagian harta yang kita miliki.

Terutama di masa seperti sekarang ini, banyak sekali diluar sana orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Terkadang suara-suara mereka ini tidak sampai ke telinga kita. Namun dengan berpuasa, kita tak perlu mendengar suara mereka, tapi kita cukup merasakan bagaimana penderitaan yang mereka alami.

Hanya saja, sifat empati ini bisa timbul ketika hati kita bersih tanpa noda. Bila hati kita berkarat, sulit untuk merasakan penderitaan orang lain. Untuk membersihkan hati ini lah, di bulan Ramadhan ini kita dianjurkan untuk memperbanyak amaliyah, Sholat Tarawih, Witir, Sholawat, Tadarus Alqur’an, Zikir dan lain-lain. Karena hanya hati yang bergetar mendengar nama Allah lah yang bisa tergetar melihat nasib kaum kaum termarjinalkan.

Semoga puasa tahun ini tidak hanya menjadikan kita orang soleh secara spritual, tapi juga soleh secara sosial.

*(Penulis adalah TAPM Kabupaten Batanghari )