MUARA BUNGO, berjambi.com – Penyakit yang menghinggapi sawit memang bermacam-macam. Salah satunya adalah kondisi sawit mati pucuk. Sawit yang mati pucuk ini disebabkan oleh berbagai macam. Dari website kementerian pertanian, diperoleh keterangan beberapa hal. Diantaranya penyebab sawit mati pucuk tersebut yakni :
- Penyebab penyakit ini : Phytophthora palmivora.
- Patogen ini bersifat tular tanah (dapat bertahan hidup di tanah).
- Kondisi lingkungan dengan drainase jelek dan kelembaban yang tinggi akan memacu perkembangan penyakit.
Sedangkan kendala kondisi sawit mulai diserang yakni dengan gejala sebagai berikut ini :
- Gejala khas penyakit busuk pucuk yang disebabkan oleh jamur ini daun layu, disusul mengeringnya daun-daun pucuk yang dimulai dari daun yang belum terbuka.
- Daun-daun akan patah dekat pangkalnya dan menggantung ke bawah.
- Jika serangan telah meluas sampai ke titik tumbuh akan terjadi pembusukan jaringan, jika dicabut pangkal janur lembek dan berair serta busuk. Pada keadaan ini tanaman tidak dapat disembuhkan.
Oleh karena itu, agar sawit anda tetap dalam kondisi baik, tidak mati pucuk, maka perlu dikendalikan dengan cara berikut ini.
- Membersihkan kotoran/sampah organik berupa bunga/buah yang gugur dan seludang bunga kering dari ketiak pelepah daun terutama sebelum musim hujan.
- Melakukan pemangkasan daun-daun yang saling menutup antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, agar cahaya matahari cukup masuk ke tajuk pohon.
- Membuat rorak berukuran 150 x 40 x 50 cm diantara lima tanaman secara silang dan membuat parit keliling di sekitar kebun supaya tidak terjadi genangan air di dalam kebun pada waktu hujan. Menjelang musim hujan rorak-rorak ditaburi dengan agens pengendali hayati Trichoderma sp.
- Semua tanaman kelapa di areal serangan diberi pupuk NPK sesuai dosis anjuran dengan perbandingan K yang tinggi.
- Pada awal dan akhir musim hujan dilakukan penaburan agens hayati Trichoderma sp. di sekitar tanaman dengan dosis 200 gr/pohon terutama 2 baris tanaman di sekitar tanaman yang mati dan yang dibongkar.
(Sumber : https://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id)