JAMBI, berjambi.com – Memajukan BUMDesa sebagai lembaga bisnis berwatak sosial bukanlah merupakan hal mudah. Banyak onak dan duri yang harus dilalui. Mulai dari masalah pengurus, modal hingga soal pemasaran produk. Tapi pengurus BUMDesa selaku wirausaha jangan mudah berputus asa dan harus bersikap pantang menyerah. Berikut ini, ada beberapa tips bisnis dari Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Rhenald Kasali, PhD sebagai berikut :
- Bangun Reputasi
Banyak orang jadi pengusaha karena bermimpi menjadi kaya. Tetapi pengusaha yang baik harus tahu persis apakah mimpi mereka realistis atau tidak. Kalau Anda mau menjadi wirausahawan sejati ingatlah ini: Mulailah dengan reputasi. Bagaimana memulainya? Begini, jangan kejar uangnya, tetapi bangunlah nama baik, keahlian, kepercayaan, kualitas, jaringan dan harga diri.
Pengurus BUMDesa sebagai pengusaha desa juga perlu membangun reputasi terlebih dahulu. Sikap tidak mengambil gaji sebelum memperoleh keuntungan adalah hal baik demi nama baik, kualitas dan harga diri. Tapi jangan terlena tidak gajian, karena akan melemahkan semangat sebagai manusia biasa. Dalam dunia bisnis, gaji adalah motivasi utama dalam bekerja. Tanpa gaji orang bisa bekerja, tapi tidak akan maksimal. Maksimalisasi kerja akan meningkatkan produktivitas yang berujung kepada optimalisasi laba BUMDesa.
2. Tumbuh itu dari Bawah ke Atas
Bisnis yang baik tidak pernah tiba-tiba besar. Jika ini terjadi, biasanya fondasi bisnisnya tidak kuat. Pengelola usaha harus terbiasa mengatasi persoalan yang muncul selama perjalanan bisnis. Jika dari bawah, masa sebelum menjadi besar bisa dianggap sebagai masa belajar.
Usaha BUMDesa yang dimulai dari modal kecil, dijalankan secara istiqomah akan memberikan banyak pelajaran berharga dibandingkan dengan modal besar tanpa pengalaman usaha. Mulailah menjalankan bisnis BUMDesa dengan modal sewajarnya, dijalankan secara profesional dan tanggungjawab. Jangan sampai modal habis, tanpa aset dan pertanggungjawaban.
3. Konsentrasi pada Bisnis yang Dikuasai
Para pengurus BUMDesa harus memulai bisnisnya dari bidang yang dikuasainya betul. Bidang yang dikuasai bisa saja berasal dari bangku sekolah, pengalaman kerja, atau cuma berawal dari sekedar hobi. “Saya belum pernah mendengar kisah sukses entrepreneur yang berada dalam bidang yang tidak ia kuasai sama sekali. Bahkan penguasaan produk menjadi syarat mutlak untuk maju,” demikian kata Rhenald.
4. Anti Kerumunan
Entrepreneur Indonesia banyak yang latah. Bila melihat orang sukses bisnis kafe, lalu yang lain ikut-ikutan berbisnis kafe juga. Demikian pula dengan bisnis peternakan lele, pertanian cabe, foto kopi, biro iklan, media cetak bahkan politisi membuat parpol tanpa basis massa. Bila dipastikan, hampir semua pengekor ini tidak memiliki kesuksesan yang lama. Bisnis yang diawali dengan mengkopi kesuksesan orang lain dan masuk kekerumunan sangat berbahaya. Dalam kerumunan Anda akan sulit bernafas, sulit keluar dan kemungkinan babak belur sangat besar.
Karenanya, pengurus BUMDesa masuklah ke bidang yang belum disentuh pebisnis lain dan diperhatikan banyak orang. Ketika Radityawarman Coleman memulai bisnisnya belum banyak yang berpikir bahwa menguras WC bisa menghasilkan uang yang banyak jika dikelola dengan baik. Setelah 20 tahun menekuni bidang ini, Radityawarman Coleman salah satu pemain terbesar di bidang ini.
5. Modal Hanyalah Pelengkap.
Dalam berbisnis, modal uang jelas bukan segalanya. Keahlian pengurus BUMDesa, jaringan, nama baik, penguasaan teknologi, pengetahuan mengenai pasar, adalah modal yang sama pentingnya dengan uang. Orang-orang sukses tidak melulu memulai usahanya dengan modal besar. Modal uang hanyalah pelengkap.