In Memoriam Prof Dr As’ad Isma

publisher

Updated on:

Oleh : Mohd Haramen

Sabtu Siang (28/9) bagaikan petir di siang bolong. Beredar kabar Rektor UIN STS Jambi, Prof Dr As’ad Isma MPd dipanggil kembali menghadap sang pencipta Allah SWT.  Saat itu, beberapa kawan konfirmasi ke saya mengenai kabar kepergian bang Prof (panggilan akrab Prof Dr As’ad Isma, red) tersebut. Sayapun bertanya ke dosen UIN yang saya kenal, ternyata kabar tersebut bukan hoax.

Bagi saya kabar tersebut bak mimpi. Sebab Rabu (25/9), saya masih sempat berbalas WA dengan beliau. Tapi, Sabtu sudah berpisah untuk selamanya.

Kepergian beliau memang meninggalkan banyak kesedihan dikalangan kampus, aktivis bahkan kalangan masyarakat kecil. Beliau dikenal sebagai orang yang dekat dengan semua golongan. Pangkat dan jabatan yang ia miliki tidak membuat sekat-sekat dalam pergaulan sehari-hari.

Siapa saja yang ingin bertamu ke rumahnya ia terima, bahkan diwaktu malam sekalipun.  Pernah suatu ketika saya ingin menemui Bang Prof di rumah pribadinya sehabis Isya, tetapi sayangnya ia tidak di rumah. Lalu saya Wa, dia meminta saya menunggu hingga ia pulang.  Lalu saya tunggu hingga pukul 23.00 WIB, tapi beliau belum juga pulang. Sehingga saya berinisiatif pulang tanpa pamitan lewat Wa kepadanya.

Sesampainya ia di rumah, beliau me WA saya menanyakan kenapa pulang, dia ingin saya menunggunya. Tapi saya  beralasan, takut Bang Prof tidak bisa istirahat, karena hari sudah larut malam. Diapun meminta saya menemuinya diwaktu yang ia janjikan, lalu saya berhasil menemuinya. Begitulah penghormatannya terhadap yunior, meskipun terkadang menghadap membawa masalah kepadanya. Tapi tetap ia terima dengan lapang dada.

Bang Prof ini merupakan salah satu senior yang saya kenal sejak tahun 2004. Saat itu saya baru jadi wartawan Harian Pagi Jambi Ekspres sepulang dari menamatkan kuliah di Universitas Cokrominoto Yogyakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Perusahaan.

Perkenalan saya diawali dengan meliput acara PW Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Jambi. Saat itu Bang Prof merupakan Ketua PW GP Ansor Provinsi Jambi. Sayapun saat itu belum tahu bahwa beliau salah satu senior PMII Jambi. Karena kebetulan waktu di Yogya selain aktif di organisasi kampus, saya juga ikut organisasi ekstra kampus, yakni PMII.

Perkenalan awal tersebut membawa saya semakin dekat dengan Bang Prof. Karena beliau ramah dan selalu welcome. Sehingga hampir setiap hari singgah ke sekretariat PW Ansor Provinsi Jambi yang saat itu berada di Lorong Pepaya samping hotel Al Fath. Kadang menemui bang Prof, terkadang hanya mengobrol dengan pengurus PW Ansor yang berada disitu.

Kedekatan saya dengan bang Prof terus berlanjut hingga hari demi hari. Saking dekatnya apapun masalah yang saya alami, saya utarakan ke Bang Prof. Bahkan saat cinta ditolak sekalipun, bang Prof tampil memberikan solusi.

Diterima tidaknya cinta harmen itu, tergantung dengan harmen, bukan tergantung cewek. Kalau harmen terus berusaha, pasti cewek itu menerima,’’ demikian tuturnya. Kata-katanya inilah yang terus membuat saya tidak patah arang mengejar sang pujaan hati hingga naik ke pelaminan. Sayang karena resepsi pernikahan di Lampung sehingga tidak mengundang Bang Prof.

Didalam menjalankan pekerjaan saya sebelumnya yakni sebagai wartawan, Bang Prof termasuk narasumber favorit. Apapun komentar yang diutarakannya sangat bernas dan menarik untuk diangkat menjadi berita. Bang Prof seringkali memberikan pandangan kritis terhadap pemerintah provinsi meski dirinya sangat dekat dengan Gubernur saat itu yakni Zulkifli Nurdin. Kedekatan bang Prof dengan kalangan kepala daerahpun berlangsung hingga akhir hayatnya. Terbukti, Gubernur Jambi Al Haris tampil mewakili keluarga saat pemakaman beliau di Taman Makam Pahlawan Jambi Minggu (29/9) lalu.

Banyak sekali deretan ucapan bela sungkawa dari kepala daerah se provinsi Jambi, di rumah dinas Rektor UIN STS Jambi, tempat Bang Prof disemayamkan. Ini menunjukkan kedekatan beliau dengan para pejabat se provinsi Jambi.

Sayapun terus mengikuti perjalanan karir Bang Prof. Mulai dari dosen biasa, mencalonkan diri jadi Bupati Sarolangun, jadi sekretaris Kopertais Wilayah XII Jambi hingga menjadi Rektor UIN STS Jambi. Perjuangan yang ia tempuh bukan jalan mulus bertabur bunga di kanan kiri, tapi penuh onak dan duri. Namun Bang Prof tak pernah gentar dan focus pada tujuan. Inilah menjadi inspirasi bagi yuniornya, jadi pejuang tangguh, tak pernah patah arang. Akhirnya apa yang ingin ia gapai tercapai jua.

Sebenarnya banyak sekali kenangan yang ingin saya tulis, tetapi hanya menambah kesedihan saja. Biarlah kenangan itu terpatri didalam dada. Hanya untaian do’a yang bisa selalu dialamatkan untuk bang Prof. Selamat Jalan Bang Prof, Engkau Selalu dalam Kenangan.

(Penulis  adalah salah satu Penggemar Prof Dr As’ad Isma MPd)