Maaf Tak Berpintu

Oleh : Mohd Haramen

0 150

MENYEBARKAN Islam bukan hal mudah bagi Rasulullah SAW. Selain butuh kucuran keringat, derai air mata, juga berbagai hinaan. Menurut sejarah Islam, setelah Rasullullah hijrah dari Mekkah ke Madinah, hiduplah seorang pengemis Yahudi buta di sudut pasar Madinah. Setiap hari, pengemis itu selalu menghina Rasulullah SAW. Padahal, Rasulullah selalu mendatangi pengemis tersebut sambil membawa makanan dan menyuapinya. Rasul terus melakukannya hingga beliau wafat. Sepeninggalan Rasul, Abu Bakar lalu berkunjung ke rumah pengemis Yahudi buta itu. Abu Bakar ingin mengikuti Sunnah lalu mulai menyuapi si pengemis. Tanpa disangka, pengemis malah berteriak, Siapakah kamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku adalah orang yang biasa.” “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” hardik sang pengemis. Lalu sang pengemis menceritakan, Rasulullah setiap hari datang kepadanya  tidak membuat dirinya kesulitan memegang dan mengunyah makanan. “Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya, setelah itu dia berikan padaku dengan mulutnya sendiri, pengemis itu melanjutkan perkataannya.” Abu Bakar sambil menangis berkata, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Mendengar itu, pengemis tersebut menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia.” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar.

Islam adalah agama pengetahuan dan akhlak. Rasulullah SAW adalah tauladan akhlak yang sempurna. Sabda beliau : “Iman yang paling utama adalah sabar dan memaafkan” (HR. Bukhari). Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah SAW berkata : ”Orang perkasa bukanlah yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang hebat adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya kalah marah.” Memaafkan dan mengampuni adalah perbuatan tertinggi dari cermin akhlak mulia. Laku manusia sehari-hari dilumuri oleh ragam kesalahan karena keterbatasan. Kerap perilaku itu melukai hubungan persaudaraan dan kemanusiaan. Bernard Meltzer benar berkata : “Memaafkan tidak akan pernah bisa mengubah masa silam atau sekarang, tapi pasti akan memperbaiki masa depan.”  Puasa menjanjikan kebaikan di masa depan dan sikap sabar serta saling memaafkan  adalah salah satu pesan Ramadhan. Mari kita sabar untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman di siang hari Ramadhan, lalu mari memaafkan segala kesalahan saudara kita.

Suatu ketia Malaikat Jibril berdo’a; “tolong abaikan puasa umat Muhammad apabila sebelum masuk Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal berikut : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orangtuanya (jika masih ada), (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami-istri, (3) Tidak bermaaf-maafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.” Maka Rasulullah pun mengatakan amin sebanyak 3 kali.

(Penulis adalah Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Batanghari dan juga Ketua DKW Laskar Santri Nusantara Provinsi Jambi)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.