JAMBI, berjambi.com – Subuh Minggu, 11 Agustus 2024, Masjid Sabilal Muhtadhin Perumahan Aston Villa, RT 13, Mendalo Darat kembali melakukan Pengajian rutin Tafsir Jalalain yang dipimpin oleh Ustad Muhammad Sibawaihi, M.H., seorang tuan guru dari Pondok Pesantren As’ad Jambi Seberang Alumni Mahad Aly Situbondo. Kegiatan ini diikuti dengan antusiasme tinggi dari jamaah setia yang hadir.
Pengajian kali ini membahas secara mendalam Surah Al-Baqarah ayat 272, yang mengandung pesan ilahi tentang hidayah dan keikhlasan dalam perintah bersedekah. Ustad Muhammad Sibawaihi memulai kajian dengan mengupas latar belakang turunnya ayat tersebut. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW melarang umat Muslim memberikan sedekah kepada orang-orang musyrik dengan harapan mereka masuk Islam. Namun, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat hidayah, tetapi Allah yang memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki.”
Penjelasan ini diperkuat dengan pendapat mufassir Ternama Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW hanya bertugas menyampaikan ajaran, bukan memastikan hidayah masuk ke dalam hati manusia. Syaikh Muhammad bin Ahmad As-Sawi dalam Hasyiyah As-Showi ‘Ala tafsir jalalain nya juga menekankan bahwa tugas Rasulullah SAW adalah menyampaikan syariat, sementara petunjuk dalam hati sepenuhnya adalah kehendak Allah. Sebagaimana firman Allah dalam ayat lain:
{ إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ } [ٱلقَصَص: ٥٦]
Dalam pengajian tersebut, Ustad Muhammad Sibawaihi juga mengutip maqalah dari seorang arif yang berkata:
مَنْ نَظَرَ لِلْخَلْقِ بِعَيْنِ ٱلحَقِيقَةِ عَذَرَهُمْ، وَمَنْ نَظَرَ لَهُمْ بِعَيْنِ ٱلشَّرِيعَةِ مَقَتَهُمْ
“Barang siapa yang memandang makhluk dengan kacamata hakikat, ia akan memaafkan mereka, dan barang siapa yang memandang mereka dengan kacamata syariat, ia akan membenci mereka.”
Maqalah ini mengingatkan kita untuk memandang segala sesuatu dari sudut pandang hakikat, di mana setiap perbuatan adalah ciptaan Allah. Dengan perspektif ini, kita akan lebih mudah memaafkan dan memaklumi tindakan orang lain. Sebaliknya, jika kita hanya melihat dari sudut pandang syariat tanpa memahami hakikatnya, kita mungkin terjebak dalam kebencian. Oleh karena itu, gunakanlah hukum syariat untuk mengatur diri kita sendiri, dan pandanglah diri orang lain dengan kacamata hakikat.
Saat kita melihat seseorang melakukan maksiat, pandanglah dengan pandangan hakikat agar tidak timbul rasa benci terhadap pelakunya karena pada hakikatnya, semua perbuatan makhluk adalah ciptaan Allah. Seorang arif juga menambahkan:
إِذَا مَا رَأَيْتَ ٱللَّهَ فِي ٱلكُلِّ فَاعِلًا رَأَيْتَ جَمِيعَ ٱلكَائِنَاتِ مَلَاحًا وَإِنْ لَمْ تَرَ إِلَّا مَظَاهِرَ صُنْعِهِ حُجِبْتَ فَصَيَّرْتَ ٱلحِسَانَ قِبَاحًا
“Jika engkau melihat Allah sebagai pelaku dalam segala hal, maka engkau akan melihat seluruh makhluk indah. Dan jika engkau hanya melihat manifestasi dari ciptaan-Nya, maka engkau tertutupi dan menjadikan yang indah menjadi buruk.”
Setelah pembahasan mendalam tentang ayat 272, pengajian dilanjutkan dengan penjelasan tentang ayat berikutnya:
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَاتُظْلَمُونَ“
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).”
Ustad Muhammad Sibawaihi menekankan pentingnya keikhlasan dalam berinfak, serta menjelaskan bahwa nafkah yang diberikan semata-mata karena Allah SWT tidak akan pernah sia-sia. Bahkan, sekecil apa pun perbuatan baik yang dilakukan dengan niat tulus, seperti memberi minum seekor anjing yang kehausan, dapat mendatangkan ampunan Allah SWT, yang menunjukkan betapa luasnya rahmat dan kasih sayang-Nya.
Pengajian ini diakhiri dengan doa bersama, memohon agar Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan keberkahan kepada seluruh jamaah. Pengajian seperti ini diharapkan dapat terus memberikan pencerahan dan memperkuat keimanan umat Islam dalam menjalani ajaran agama dengan benar. Masjid Sabilal Muhtadhin berkomitmen untuk terus menjadi pusat kegiatan keagamaan yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. (***)