Dari Hati Menuju Hati

publisher

SUATU ketika Imam Al Ghazali berkata, hanya yang keluar dari hati sampai kehati, sedangkan yang keluar dari mulut hanya sampai ke telinga.  Maksud dari ucapan Al Ghazali ini yakni,  menyampaikan sebuah pesanpun harus dengan ikhlas. Untuk berbuat ikhlas itu kata Al Ghazali, prinsip hidup yang harus dijalankan, “Kalau engkau mau ada, engkau harus tidak ada,”. Ini mengandung tiga makna, yaitu :

Pertama, melakukan sesuatu tidak dengan niat mau terkenal. Karena jika ingin terkenal akan membelokkan niat kita. Saking tidak mau terkenalnya, seorang ahli tasawuf yakni wali hanya bisa dikenal oleh wali. Rasullah SAW sendiri dalam hadist yang panjang menceritakan, di akhirat nanti ada tiga orang yang dipanggil menghadap Allah SWT. Orang yang pertama adalah yang mati sahid. Kepada orang tersebut Allah berfirman “Amalan apa yang engkau bawa untuk bekal kamu diakhirat ini,” lalu orang tersebut mengatakan, “Engkau tentu maha tahu ya Allah, saya telah berjuang membela agama, hingga mati sahid di medan perang,” Mendengar itu, Allah berfirman, “Bohong, Engkau berperang  itu ingin dipanggil sebagai pahlawan,” lalu Allah melemparkan orang tersebut ke neraka. Kemudian dipanggil lagi orang kedua yakni seorang ulama besar, lalu dihadapan orang tersebut, Allah berfirman “Amalan apa yang menjadi bekal kamu hidup di akhirat ini,” lalu orang itu menjawab. “Engkau tentu maha tahu ya Allah, saya telah mensyiarkan agama Islam ini, saya menyebarkannya dengan sepenuh hati,” Mendengar ini, Allah berfirman “Bohong, sesungguhnya engkau berdakwah supaya dikenal sebagai ulama populer,” lalu orang tersebut dilemparkan ke neraka.  Orang berikutnya yang dipanggil menghadap Allah SWT yakni orang yang dermawan. Kepada orang tersebut, Allah berfirman “Wahai fulan apa bekal yang engkau bawa untuk kehidupanmu di akhirat ini ?,” Lalu orang itu menjawab, “Allah maha tahu apa yang aku lakukan selama hidup di dunia, saya mendermakan seluruh harta saya kepada mereka yang membutuhkan,” Mendengar ini, Allah berfirman, “Bohong, engkau melakukan itu agar dipanggil orang dengan sebutan dermawan,” tegasnya. Lalu orang ketiga ini dimasukkan ke neraka jahanam. Disitulah pentingnya niat ikhlash.

Makna kedua dari penyataan Al Ghazali  “Kalau engkau mau ada, engkau harus tidak ada,” yakni tidak silau dengan kehidupan dunia. Tapi bukan tidak boleh  kaya. Kaya sangat dianjurkan, tapi kekayaan tidak digengam untuk dirinya pribadi, tapi untuk disedekahkan. Rasulullah bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk banyak orang,”.  Suatu ketika Rasullullah SAW menyembeli seekor kambing. Setelah dimasak, dia menyuruh istrinya Siti Aisyah membagi-bagikan kambing yang dimasak itu kepada sahabatnya. Lalu setelah itu, Rasul bersabda “Masih adakah yang tersisa wahai Aisyah,” lalu Aisyah menjawab “Masih banyak ini ya Rasulullah,” setelah itu Rasulullah SAW bersabda, “Yang kita berikan itulah yang tersisa untuk kita, sedangkan yang kita makan ini akan menjadi kotoran,”.

Sedangkan makna yang ketiga dari penyataan Al Ghazali  “Kalau engkau mau ada, engkau harus tidak ada,” yakni kita tidak pernah boleh merasa lebih baik dari orang lain.  Bisa saja kita lebih alim, soleh, dermawan, tidak boleh merasa lebih baik, karena inilah cikal bakal dosa. Iblis dikeluarkan dari surga karena merasa lebih baik dari Adam AS.  Bahkan suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, “Seorang pendosa lebih mulia dari pada orang yang memandang rendah kepadanya,”.  Bahkan dalam hadist lain Rasulullah SAW  bersabda “Siapa siapa yang mempermalukan saudaranya dengan dosa yang sudah ditaubatinya (saudara tersebut, red), maka, dia tidak akan wafat hingga dia sendiri yang melaksanakan dosa tersebut,” . Seorang ulama, Muaz bin Yahya Ar Rasib mengatakan, jika kita tidak bisa memberikan manfaat kepada orang lain, jangan berikan mudhorat, kalau  tidak bisa memberikan kebahagiaan, jangan berikan kesedihan,  jika tidak bisa memberikan pujian kepada orang lain, jangan beri hinaan.

(Penulis adalah Ketua DKW Laskar Santri Nusantara Provinsi Jambi)