COBA perhatikan foto-foto Calon Anggota Legislatif (Caleg) yang terpampang sepanjang jalan saat ini. Sebagian besar gambar-gambar itu dihiasi kata-kata memikat hati; slogan. Saya ingin mengutif beberapa slogan sebenarnya. Tapi khawatir menimbulkan persepsi yang macam-macam, maka biar aman contohnya saya buat sendiri saja. Begini misalnya, *“Siap Mati Untuk Negeri”*. Ada yang siap?
Saya yakin tidak ada Caleg yang berani membuat selogan seperti itu. Emang ada caleg yang siap mati demi rakyat? Atau ada rakyat yang mati-matian demi Caleg? Hehe…
Slogan adalah pesan atau frase singkat yang dirancang untuk menyampaikan pesan tertentu dengan cepat dan mudah diingat. Slogan biasanya digunakan dalam konteks pemasaran, kampanye politik, atau branding untuk mencitrakan atau menyampaikan suatu ide, produk, atau gagasan dengan cara yang menarik dan menggugah perhatian.
Slogan memiliki beberapa tujuan utama, di antaranya: Memudahkan Komunikasi: Slogan berfungsi untuk menyampaikan pesan utama atau nilai-nilai penting dalam bentuk yang singkat dan mudah diingat. Dengan kata-kata yang efektif, slogan dapat mencakup ide kompleks dalam beberapa kata saja.
Meningkatkan Kesadaran dan Identitas: Slogan yang kuat dapat membantu memperkuat identitas merek atau kampanye. Ketika slogan disampaikan secara konsisten, dapat membantu meningkatkan kesadaran publik terhadap merek, produk, atau kampanye tertentu.
Membangun Citra Positif: Slogan yang positif dan berdaya tarik dapat membantu menciptakan citra positif tentang suatu produk, layanan, atau individu. Citra positif ini membantu menciptakan hubungan emosional dengan audiens.
Menggugah Emosi: Slogan sering kali dirancang untuk mengevoke emosi atau perasaan tertentu pada audiens. Dengan cara ini, slogan dapat menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat antara produk atau kampanye dengan calon pelanggan atau pemilih.
Meningkatkan Daya Ingat: Slogan yang unik atau mengandung permainan kata-kata dapat meningkatkan daya ingat audiens. Ini membantu pesan atau merek tetap berada di benak orang ketika mereka berhadapan dengan situasi yang relevan.
Memotivasi dan Menggerakkan Tindakan: Beberapa slogan dirancang untuk memotivasi audiens dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan tertentu, seperti membeli produk, mendukung kampanye, atau bergabung dengan suatu gerakan.
Lantas, bagaimana mengukur slogan para Caleg yang bertebaran saat ini? Hal mendasar adalah perhatikan isi slogan. Kaji dengan seksama isi dari slogan yang mereka buat. Apakah slogan tersebut realistis dan mempertimbangkan kondisi riil yang ada? Ataukah cenderung bersifat menggoda tanpa dasar dan rencana yang konkret?
Sebagai alat ukurnya, perhatikan dan teliti dengan saksama hal-hal seperti program dan visi misi, track record, kredibilitas dan kepercayaan, keterbukaan dalam berbicara, partisipasi dalam diskusi publik, dan mencari masukan dari sumber terpercaya. Hal-hal ini kemudian cocokkan dengan slogan yang dibuat. Dan, anda sendiri yang menilai apakah itu benar-benar slogan atau hanya ‘lips service’ belaka!
Ingat, meskipun beberapa slogan mungkin terlihat menggoda dan menarik, namun penting untuk tetap bersikap kritis dan tidak terjebak pada janji manis semata. Melakukan riset, mengumpulkan informasi, dan melihat lebih dari sekadar kata-kata adalah langkah yang bijaksana untuk menilai realisme sebuah slogan dan keseriusan dari calon atau organisasi yang menggunakannya.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan slogan yang indah dan menarik, karena slogan itu sendiri adalah alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan dengan daya tarik yang tinggi. Slogan yang menarik dapat mempengaruhi perasaan dan emosi masyarakat, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk mendukung calon atau kampanye tertentu. Tetapi, tetap harus realistis.
Akhirnya, demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dalam memilih pemimpin dan menilai calon-calon dengan bijaksana. Dengan tetap kritis terhadap slogan-slogan politik, masyarakat dapat memastikan bahwa pemimpin yang dipilih adalah mereka yang memiliki keseriusan untuk menjalankan janji-janji mereka dan memenuhi harapan rakyat. Slogan harusnya realistis bukan sekedar puitis apa lagi hanya _‘lips service!’_ Semoga#- (Penulis adalah pengamat sosial dan kebijakan publik)