JAMBI – Pilgub Jambi 2020 menjadi fenomena yang sangat menarik, pasalnya dari hasil rekapitulasi tingkat provinsi, kandidat yang unggul hanya berselisih tipis.
Dari hasil pleno, Paslon 03 Al Haris-Abdullah Sani meraih suara terbanyak dengan memperoleh 596.621 suara. Sementara, Paslon 01 CE-Ratu 585.203 suara dan Paslon 02 Fachrori-Syafril 385.388 suara.
Menariknya, Al Haris-Sani yang meraih suara terbanyak ini merupakan eks kader Golkar dan PDIP yang maju di Pilgub Jambi 2020 diusung oleh PAN, PKS dan PKB.
Sedangkan peraih suara terbanyak kedua CE-Ratu merupakan kandidat yang diusung Golkar dan PDIP di Pilgub Jambi 2020.
Al Haris sebelumnya merupakan Ketua Harian DPD II Golkar Merangin, dan Al Haris juga merupakan Bupati Merangin dua periode, dari 2013-2018 dan 2018-2023.
Melihat pada Pileg 2019, ditangan dingin Al Haris Golkar di Merangin juga berhasil meraih 6 kursi yang menempatkan kadernya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Merangin.
Sementara itu, Abdullah Sani merupakan kader PDIP yang pernah menjadi wakil walikota Jambi periode 2013-2018. Pada tahun 2018 Abdullah Sani maju sebagai calon walikota yang juga diusung oleh PDIP.
Kembali ke Pilgub Jambi 2020, Partai Golkar menyatakan mengusung Cek Endra yang merupakan Ketua DPD I Golkar Provinsi Jambi dan PDIP mengusung Ratu Munawaroh yang sebelumnya merupakan kader PAN.
Al Haris yang merupakan kader Golkar disaat itu, menyatakan diri mundur dan bergabung menjadi kader PAN. Sementara itu, Abdullah Sani juga mundur dari kader PDIP dan dikabarkan saat ini bergabung bersama PKB.
Atas fenomena menarik ini, pengamat pengamat politik Jambi, Dedek Kusnadi mengatakan kemenangan Al Haris-Sani memang mengejutkan, tidak diduga sebelumnya. Dari sejumlah survey sebelum Pilgub menunjukkan posisi Al Haris-Sani selalu di bawah CE-Ratu.
Menurutnya, ada beberapa analisis yang menjadi tolak ukur kemenangan itu. Pertama, Al Haris-Sani diuntungkan oleh mesin politik rivalnya yang tak bergerak maksimal. Mesin PDIP dan Golkar misalnya, tak kelihatan maksimal menyokong CE-Ratu. Sebagian kader Golkar yang merupakan loyalis Al Haris dan loyalis Hasan Basri Agus (HBA) ayah angkatnya, secara diam-diam memilih mendukung Al Haris.
“Begitupula sejumlah militan PDIP, masih simpatik dengan Abdulah Sani, yang merupakan kader PDIP 24 karat. Kesuksesan Al Haris-Sani mendulang suara besar di Kota Jambi ditopang jejaring Sani dan loyalisnya di PDIP yang masih aktif bergerak,” kata Dosen UIN STS Jambi ini, Senin (21/12/2020).
Kedua, Al Haris-Sani diuntungkan oleh sepak terjang Golkar dan PDIP yang kerap disorot banyak masalah di level pusat. Kelompok anti PDIP misalnya, memang banyak berada di kota besar, semisal Kota Jambi. Menjadi wajar ketika Al Haris-Sani bisa menang tebal di Kota Jambi, yang merupakan basis Ratu.
“Nama Ratu sedikit tenggelam sejak didukung PDIP. Sepanjang sejarah Pilgub di Jambi, calon yang diusung PDIP tak pernah mendapat tempat di hati masyarakat Jambi,” ujarnya.
Ketiga, tim pemenangan Al Haris-Sani piawai membangun narasi. Sehingga secara personal, value Al Haris-Sani timbul. Sementara kapasitas rivalnya tidak kelihatan menonjol. Al Haris misalnya, berhasil diidentikkan sebagai putra daerah dan Sani mewakili etnis Jawa.
Keempat, ia mengatakan Al Haris-Sani juga di topang infrastruktur tim yang sangat kuat dan solid. Al Haris disokong jejaring HBA. Juga diperkuat oleh dua ormas besar, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
“Jejaring NU dan Muhammadiyah dikelola dengan baik oleh Al Haris-Sani. Lewat jejaring PKB, Al Haris-Sani memungkinkan untuk mengaktifkan jejaring forum desa. Infrstruktur tim ini termenejemen dengan baik,” jelasnya.
Jejaring partai pengusung Al Haris-Sani dikatakannya juga solid. PKS dan PAN adalah dua partai yang memiliki kader militan. Apalagi PAN, yang punya pengelaman menang di sejumlah Pilgub.(*)