Meskipun Zalim Pemimpin Tak Layak Direndahkan, Ini Penjelasan Imam Al Ghazali

publisher

JAMBI, berjambi.com – Seorang pemimpin memikul tanggungjawab yang besar menjaga ummat. Oleh karena itulah pemimpin tak boleh dihina. Hal ini disampaikan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin. Dikatakannya, pemimpin baginya adalah penjamin tegaknya agama. Tak sepantasnya pemimpin itu dihina. Tidak pula sepatutnya direndahkan. Seorang muslim yang baik, diharuskan taat pada pemimpin, sekalipun dia zalim. Al Ghazali bertutur dalam Ihya Ulumiddin Jilid 4 (h.99).

واعلم أن السلطان به قوام الدين فلا ينبغي أن يستحقر وإن كان ظالماً فاسقاً

Artinya, “Dan ketahuilah bahwa pemimpin adalah pilar agama, maka tidak sepatutnya dia dihina, meskipun dia adalah seorang yang zalim dan fasik.”

Hal serupa juga disampaikan Ibnu Rusyd dalam kitab al-Bayan wa at-Tahsil wa Syarh wa Taujih wa Ta’lil li Masaili al-Mustakhrijah. Dikutip dari NU Online, Ibnu Rusyd  dalam kitab nya menyebutkan, sebagai rakyat wajib taat pada pemimpin yang terpilih. Tidak boleh memberontak pada yang diangkat secara sah dan konstitusional. Kewajiban taat pada pemimpin tak bisa ditawar meski banyak yang tak menyukainya.

واجب على الرجل طاعة الإمام فيما أحب أو كره، وإن كان غير عدل، ما لم يأمره بمعصية

Artinya, Wajib atas seseorang taat kepada pemimpin, pada apa yang ia sukai dan ia benci, meskipun pemimpin itu berlaku tidak adil. Tapi dengan catatan, pemimpin itu tak menyuruh maksiat pada Allah.

Ciri- ciri Pemimpin Yang Baik

Imam Mawardi, pencetus konsep politik Islam klasik, menulis dalam al-Ahkāmus Sulthāniyyah wal Wilālāyatud Diniyah (h.19), bahwa ada tujuh syarat utama seorang diangkat menjadi pemimpin. Diantaranya, adil, berpengetahuan luas, sehat pancaindra, tubuh sempurna, berani, punya visi dan kompeten. (arm)