Dunia Fabel dan Kenyataan

publisher

Ingat masa kecil ketika masih di Sekolah Dasar (SD), penulis rajin baca komik HC. Andersen. Komik-komik ini penulis dapatkan dengan sewa di kios dekat rumah dengan tarif Rp 10/hari. Masa penulis SD sekitar tahun 1966-1972. Setelah SMA penulis baru tahu, manfaat baca komik tersebut, ternyata yang di baca itu termasuk komik katagori Fabel. Sekedar remind, penulis sajikan defenisi Fabel adalah menceritakan kehidupan hewan yang berprilaku menyerupai manusia. Fabel adalah cerita fiksi atau khayalan belaka. Kata fiksi mengingatkan istilah yang pernah heboh yaitu “Fiksi tapi bukan fiktif” dari Rocky Gerung. Namun cerita fiksi disini memasukkan karakter minoritas berupa manusia. Cerita fabel mengandung pesan yang berkaitan dengan moral.
Identifikasi politik kontemporer yang makin dinamis dan tak ada yang mampu menghentikan belakang ini membuat penulis teringat kembali dua cerita komik yaitu Katak Anak hendak menjadi Lembu dan cerita Serigala Melawan Harimau.
Sinopsis Anak Katak Jadi Lembu
Alkisah seekor anak lembu tersenggol katak, lantas katak ini bercerita dengan kawan-kawannya bahwa dia disenggol anak lembu. Katak yang disenggol ini paling besar diantara kawan-kawannya. Oleh kawan-kawannya lakukan adu domba dalam istilah Jambi “diojok-ojok”. Kamu badan besar bisa lebih besar lagi dan mampu lawan lembu. Coba kamu tarik nafas pasti akan lebih besar. Ia coba menarik nafas, ternyata lebih besar. Tarik lagi nafasmu, tarik lagi dan terus…. Akhirnya anak katak tadi merasa sakit perutnya. Untung dia sadar dan tidak sampai meletus badannya seperti balon.
Ini dongeng fable jika dianalogikan seorang anak penguasa yang masih belia, sudah menjadi ketua partai dan diojok lagi menjadi calon Gubernur. Mudah-mudah-mudahan cepat sadar, sehingga tidak kebablasan. Nikmati dulu sebagai ketua partai, kemudian jadi bupati/walikota dulu, baru gubernur. Seloko Melayu mengatakan naik bejenjang, turun betanggo. Sudahlah jadi ketua partai tanpa terlebih dahulu melalui kader dan ujug-ujug tanpa pemilihan. Bukankah pilar pertama demokrasi itu pemilihan. Kini sudah pula diojok-ojok jadi Gubernur. Ini berkat stratregi politik penguasa yang berhasil membangun hegemoni (kerajaan politik).
Sinopsis Serigala Melawan Harimau
Jika sesungguhnya antara Serigala dan Harimau, diprediksi akan menang harimau. Memang sama-sama termasuk binatang buas Carnivora, sama-sama predator atau pemangsa daging. Dalam dunia fabel diceritakan kenapa Serigala punya nyali berani melawan harimau? Ini terjadi gara-gara Serigala melihat bayangannya kelihatan lebih besar, sehingga ia berasumsi akan menang melawan harimau. Akhirnya Serigala mati tercabik-cabik oleh harimau.
Cerita ini dianalogikan kandidat dengan bayang-bayang reputasi pendahulunya yaitu dinasti tegak lurus kebawah. Memang UU 8 tahun 2015 tentang pilkada dalam pasal 7 huruf r disebutkan : Calon Gubernur dan calon wakil Gubernur. Calon bupati dan calon wakil . serta calon walikota dan wakil walikota adalah yang memenuhi persyaratan tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana.
Oleh Mahkama Konstitusi (MK), pasal ‘dinasti politik’ itu dihapuskan karena bertentangan dengan konstitusi dan UUD 1945. Logika ini berlanjut dynasti politik yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan pelaksanaan dan pengawasan kebijaksanaan nasional, terdapat jabatan public yang syarat usia pencalonan 40 tahun (Presiden dan Wakil Presiden. Lagi-lagi ada perdebatan soal calon wakil Presiden usia belum mencapai 40 tahun. Namun MK sudah memutuskan bahwa : usia calon Presiden dan wakil Presiden usia minimal 40 tahun atau pernah menjabat sebagai kepala Daerah. Keputusan yang sangat tendensius berkaitan dengan hukum yang berkeadilan (relative justice). Walau aroma legitimacy dipersoalkan, namun tetap legitimate karena keputusan MK.
Berarti cair, tentu efek psikologisnya nyali dan keberanian anak penguasa makin meningkat dengan bayang-bayang reputasi sang Bapak.
Tanggal 22 Desember 2023 sangat dinanti masyarakat debat kedua yaitu Debat calon wakil Presiden. Apakah calon milenial ini mampu menghadapi pengalaman dan kapasitas yang dimiliki dua seterunya nanti, yang jelas tidak sampai tercabik-cabik seperti Serigala melawan Harimau. Think tank tentu sudah melatih mengkondisikan persiapan dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi dan dipastikan jantung milenial lebih sehat dibandingkan seterunya. Wait and see possibility what that happen.
———————–
Penulis adalah dosen senior Prodi Ilmu Politik dan Pemerintahan Unja.