Penulis : Geby Aulia Putri Arbella, Dede Dwi Priyanti, Okta Novita Sari
“Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” .
Ini slogan yang digaungkan Ki Hajar Dewantara mengenai pentingnya pendidikan. Menurutnya, pendidikan bertujuan mengembangan kepribadian, pikiran, dan kesehatan anak. Baik itu secara mental maupun fisik.
Menurut Natasya Febriyanti, pendidikan bertujuan membentuk perilaku individu. Agar selaras dengan nilai-nilai dimasyarakat (Baca : Natasya Febriyanti, 2021). Kualitas pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara. Karena semakin baik pendidikan, maka semakin maju sebuah negara. Oleh karena itu, memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan menjadi hal yang sangat penting. Agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendidikan yang berkualitas juga mampu meningkatkan daya saing negara. Baik itu di kancah dunia, maupun dalam rangka mempersiapkan generasi emas guna menghadapi tantangan di masa depan (Haerullah & Elihami, 2020).
Fakta yang terjadi saat ini masih banyak tantangan dalam memberikan akses pendidikan yang merata. Menurut data kementerian dalam negeri, jumlah penduduk Indonesia yang merasakan bangku perkuliahan hanya 6,52%. Salah satu penyebabnya yaitu faktor ekonomi. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini, pada masa pemerintahan bapak Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan program bidikmisi. Lalu disempurnakan pada masa pemerintahan bapak Ir. Joko Widodo dengan Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk jenjang perguruan tinggi.
Program ini ditujukan untuk membantu mahasiswa dari keluarga pra sejahtera agar bisa mengakses pendidikan yang layak. Melalui bantuan finansial secara langsung mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan pendidikan mereka seperti biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT), biaya transportasi, dan perlengkapan kuliah.
Program KIP telah memberikan dampak positif, terutama dalam menurunkan angka putus sekolah di jenjang perguruan tinggi.
Sebelum program ini ada, banyak anak tidak melanjutkan karena keterbatasan biaya. Dengan dibuatnya program bantuan KIP, maka akan lebih banyak anak yang bisa melanjutkan pendidikan tinggi hingga selesai.
Hal ini memberikan mereka kesempatan lebih besar untuk menggapai cita-cita dan memperbaiki kehidupan di masa depan. KIP juga menjadi langkah penting untuk mengurangi kesenjangan pendidikan di Indonesia.
Akan tetapi, di balik pelaksanaannya program KIP ini juga menghadapi beberapa kendala administratif, seperti pendaftaran dan penyaluran dana yang memakan waktu lama.
Keterlambatan ini juga dapat menghambat mahasiswa mendapatkan bantuan tepat waktu. Selain itu, distribusi bantuan tidak selalu merata, terutama di wilayah terpencil. Pemantauan dan evaluasi yang kurang optimal juga menjadi tantangan besar. Sehingga terkadang bantuan tidak sepenuhnya digunakan untuk keperluan Pendidikan (Wahid Annisa, dkk.,2024).
Dari beberapa kendala yang ada, terdapat pula masalah teknis seperti penyalahgunaan program, pemalsuan atau penyalahgunaan kartu KIP oleh pihak yang tidak berhak. Hal ini tentu mengurangi efektivitas program dalam membantu mahasiswa yang benar-benar membutuhkan.
Untuk itu, penulis berharap pemerintah akan meningkatkan pengawasan, memperbaiki sistem administrasi, dan menindak tegas setiap pelanggaran yang ada. Dukungan dari masyarakat juga sangat penting untuk mengawasi pelaksanaan program ini agar yang mendapatkan bantuan sampai ke tangan yang membutuhkan.
Dengan upaya bersama, diharapkan program KIP bisa terus berkembang dan memberikan manfaat lebih luas bagi anak di seluruh Indonesia.
(Penulis adalah mahasiswa prodi Tadris Matematika Semester 5 UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).