Oleh: Iyut Mardiati
FILSAFAT ILMU, sebagai cabang filsafat yang mendalami landasan dan implikasi ilmu pengetahuan di berbagai bidang, memiliki peran yang sangat krusial dalam pengembangan dan pemanfaatan pada kecerdasan buatan (AI/ Artificial Intelligence). Kecerdasan buatan, dengan kemampuannya meniru kognisi manusia dengan menggunakan algoritma, menghadirkan sejumlah pertanyaan mendasar yang melampaui ranah teknis. Filsafat ilmu hadir untuk memberikan kerangka berpikir yang sistematis dan kritis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pertanyaan-pertanyaan ini akan memunculkan kajian-kasian filsafat ilmu baik secara ontologis, epistimologis dan aksiologis.
Salah satu peran utama filsafat ilmu adalah dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang AI (Artificial Intelligence). Misalnya, apa yang sebenarnya kita maksud dengan “kecerdasan”? Apakah AI (Artificial Intelligence) dapat benar-benar “berpikir” atau hanya mensimulasikan pemikiran?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menjadi landasan bagi para ilmuwan dan pengembang AI (Artificial Intelligence) untuk menentukan arah penelitian mereka.
Filsafat ilmu juga berperan dalam mengkaji implikasi etis dari pengembangan dan pemanfaatan AI (Artificial Intelligence). Seiring dengan semakin canggihnya AI (Artificial Intelligence), muncul kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan teknologi ini, seperti dalam bidang militer atau manipulasi informasi. Filsafat ilmu dapat membantu kita merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan penerapan AI (Artificial Intelligence).
Selain itu, filsafat ilmu juga berperan dalam mengkaji epistemologi AI( Artificial Intelligence), yaitu teori tentang pengetahuan yang dihasilkan oleh AI (Artificial Intelligence). Bagaimana kita dapat mempercayai hasil yang dihasilkan oleh AI (Artificial Intelligence)? Apakah AI (Artificial Intelligence) dapat menghasilkan pengetahuan yang objektif dan valid? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk memastikan bahwa AI(Artificial Intelligence) dapat digunakan sebagai teknologi yang membantu dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, kedokteran, dan ekonomi.
Filsafat ilmu juga memiliki peran penting dalam memahami hubungan antara manusia dan mesin. Seiring dengan semakin terintegrasinya AI (Artificial Intelligence) dalam kehidupan kita, muncul pertanyaan tentang bagaimana kita harus berinteraksi dengan mesin cerdas. Filsafat ilmu dapat membantu kita memahami implikasi sosial dan budaya dari perkembangan AI (Artificial Intelligence), serta merumuskan kebijakan yang tepat untuk mengatur pemanfaatan AI (Artificial Intelligence).
Selanjutnya, filsafat ilmu dapat membantu kita memahami batas-batas kemampuan AI (Artificial Intelligence). Meskipun AI (Artificial Intelligence) telah mencapai kemajuan yang sangat pesat, namun masih banyak hal yang belum dapat dilakukan oleh AI (Artificial Intelligence).
Filsafat ilmu dapat membantu kita memahami keterbatasan AI (Artificial Intelligence) dan menghindari ekspektasi yang tidak realistis terhadap teknologi ini.
Filsafat ilmu memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam pengembangan dan pemanfaatan AI (Artificial Intelligence). Dengan memberikan kerangka berpikir yang sistematis dan kritis, filsafat ilmu membantu kita memahami implikasi dari perkembangan AI (Artificial Intelligence), merumuskan prinsip-prinsip etis, dan memastikan bahwa AI (Artificial Intelligence)dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kepentingan umat manusia.
(Penulis adalah tenaga pendidik yang juga mahasiswa program Doktor Unja, 7 Okt’2024)