Berjambi.com – SUATU ketika Rasulullah pernah berkata, apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW. Kemudian sahabat bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah menjawab:
“Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua do’a diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan),” ( Hadist Diriwayatkan dari Jabir RA).
Banyak sekali memang yang diajarkan ramadhan kepada kita. Baik itu sifat lahiriah maupun batiniah. Sifat ketaatan, kesederhanaan, kebersahajaan hingga sifat rendah diri. Sifat sifat ini diharapkan mewarnai kehidupan kita. Terlebih sifat sederhana dan kebersahajaan.
Napoleon Bonaparte, Kaisar Perancis, pernah menyampaikan pepatah lugas. Dia menyebutkan, “Kesahajaan adalah dasar segala moral dan kebajikan utama manusia. Tanpa kesederhanaan, manusia tidak ada bedanya dengan binatang.” Bagi Napoleon, hidup sahaja adalah pertempuran antara akal dan nafsu. Hasrat untuk hidup berlebih dan mengakumulasi harta adalah bagian dari gairah yang didorong nafsu. Tugas akal adalah mengendalikan gairah tersebut. Jika gagal, segala ikhwal perbuatan yang berlawanan dengan kebajikan pasti akan terjadi. Misalnya prilaku jahat, kelicikan, kekejaman, kebiadaban, dan keculasan.
Rasulullah pernah bersabda: “Kekayaan yang hakiki adalah kelimpahan iman dan dicerminkan dalam sifat qanaah.” Sifat qanaah sangat dijunjung oleh Islam. Rasulullah selalu menganjurkan rela menerima dalam kehidupan, yakni merasa cukup dengan yang dimiliki. Sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah ialah rizki yang wajib disyukuri. Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW, berucap: ”Kadang-kadang sampai sebulan penuh terlewati tanpa api menyala di dapur kami. Kami hidup hanya dengan kurma dan air putih.”
Nabi akan selalu mengerjakan perkara yang diyakini, dipikirkan, dan diucapkan. Seluruhnya menjadi satu paket utuh kehidupan.
Sikap kesahajaan semacam itu adalah pilihan hidup individu yang muncul dari keyakinan. Namun, tabiat itu mesti dikonversi secara kolektif agar menjadi kebajikan di ruang publik. Pesan ini pula yang dibawa oleh Ramadan yang kini akan meninggalkan kita. Semoga tarbiyah membekas dalam diri kita. Sehingga menjadi pribadi yang takwa.
( Penulis adalah Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kemendes PDTT RI untuk wilayah Kabupaten Batanghari)