Oleh Mohd Haramen
DI DALAM Grup Whatshapp (wa) BUMDes se Jambi pagi tadi (5/4), saya bertanya bagaimana keadaan BUMDes di Jambi saat wabah Corona (Covid 19) sekarang. Mereka ada yang mengatakan kondisi stabil, ada juga yang mengatakan, usahanya tutup, ada juga yang mengatakan masih tetap bertahan dengan beralih usaha.
Mereka yang mengaku stabil yakni rata-rata BUMDes yang bergerak dalam jual beli sembako. Maklum di tengah wabah Corona saat ini, masyarakat diminta banyak tinggal di rumah. Ditambah lagi pasar desa ada yang ditutup. Kondisi ini menjadi peluang BUMDes untuk meningkatkan omzet penjualan. Diantara BUMDes yang jual beli sembako tersebut yakni BUMDes Karya Bersama, Desa Delima, Kabupaten Tanjungjabung Barat. Saat ini usahanya masih bisa beromzet Rp. 200-an juta per bulan. ‘’Kalau untuk Rp. 500 juta, belumlah. Karena kontrak pupuk belum jalan,’’ kilah Direkturnya, Devita. Memang BUMDes ini merupakan salah satu yang mensupport pupuk kompos untuk PT Wira Karya Sakti (WKS).
Saking manisnya bisnis jual beli Sembako disaat Corona ini, BUMDes desa Purwodadi yang usahanya sebelum korona hanya fokus dijual beli pupuk, saat Corona beralih menjual sembako murah. ‘’Ya untuk menutupi biaya operasional saja. Makanya harganya murah, karena laba yang kami ambil Cuma sedikit,’’ terang Direkturnya, Sasmito. Ditanya berapa keuntungan yang diperolehnya, dirinya mengaku belum berhitung.
Lain lagi dengan BUMDes wisata. Untuk BUMDes yang bergerak di wisata, selama Corona ini betul-betul tutup. Sebut saja misalnya BUMDes Tajam, desa Tanjung Lanjut, Kabupaten Muarojambi sudah dua minggu-an tutup. ‘’Kami manfaatkan untuk memperbaiki dan menambah sarana prasarana,’’ ujar Kepala Desa Tanjung Lanjut, Edi Sugito.
Senada, BUMDes wisata desa Tanjung Benuang, Kabupaten Merangin juga tutup total. Untungnya BUMDes ini ada unit usaha lain yakni simpan pinjam. Sehingga masih ada pemasukan untuk biaya operasional. ‘Kami maksimalkan pelayanan simpan pinjam ini sebagai andalan. Karena untuk pasar desa, pengunjung juga sepi,’’ tutur Direkturnya, Sutardi . Ditanya, apakah akan membuat unit usaha lain ? Sutardi mengatakan masih dipertimbangkan. Apalagi untuk usaha jual beli sembako murah. ‘’Nanti dikira kami kasih-kasih gratis saja,’’ sebutnya.
Lain lagi dengan BUMDes bersama Kecamatan Betara. BUMDes yang bergerak dalam bidang Simpan Pinjam dan pembiayaan ini memiliki jurus tersendiri di saat Corona ini. Meski sampai saat ini tidak ada pelanggan yang menunggak, Direkturnya Suroso menyebutkan ada yang minta cicilan ditunda. ‘’Tapi kami tetap menginginkan pembayaran cicilan tidak ditunda. Hanya sekarang lebih selektif mencari calon debitur,’’ ucapnya.
Itu berbagai kisah BUMDes di Jambi berkelit disaat Corona ini. Mereka lebih mempertimbangkan kondisi lokal desa untuk mengambil kebijakan. Kalau menurut ilmu manajemen keuangan ada beberapa cara untuk tetap bertahap ditengah suasana seperti sekarang. Salah satunya mengurangi biaya operasional. Biaya operasional jangan sampai melebihi pendapatan. Pengurus BUMDes harus jeli melihat di pos mana saja yang menyebabkan pembengkakan anggaran, dan jika dipangkas tidak mempengaruhi operasional BUMDes. Maka, di pos tersebut harus dipangkas atau diperkecil jumlahnya. Pada perusahaan-perusahaan biasanya yang paling cepat dipangkas, pos biaya promosi, biaya listrik, dan gaji karyawan. Bagi seorang profesional, Covid 19 mungkin merupakan ancaman, tapi bagi pengurus BUMDes sebagai entrepreneur, melihatnya sebagai peluang. Karenanya, harus tahu pengeluaran mana yang bisa dihemat, pemasukan mana yang bisa dipertahankan.
Selain itu, dalam suasana saat ini, sebenarnya ada peluang bagi BUMDes untuk berinovasi dalam pelayanan pemasaran. Dimana biasanya konsumen mendatangi BUMDes, sekarang karena semua diminta stay at home, BUMDes yang mendatangi konsumen. Bumdes menyediakan layanan call center dan online yang bisa diakses oleh warga desa. Tapi ini, memang bisa diterapkan untuk BUMDes yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan. Tapi bagi BUMDes yang bergerak dalam bidang wisata, bisa dipikirkan untuk memanfaatkan momen sekarang, untuk menambah unit usaha baru yang dibutuhkan masyarakat desa . Karena pelayanan yang baik ke konsumen akan membuatkan pengalaman baru bagi mereka. Dan ini akan selalu diingat konsumen hingga virus corona berakhir.
Memang ditengah harga komoditi primadona yakni karet yang murah, bagi BUMDes, pasar menjadi kendala tersendiri. Mengingat, daya beli masyarakat desa lemah, dan ini memperkecil pangsa pasar. Tapi Kemendes memiliki kebijakan baru, yakni pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Desa. Dengan adanya stimulus tersebut, diharapkan daya beli masyarakat desa bisa tetap bertahan, atau mungkin lebih baik.
Terakhir, Pakar marketing sekaligus Founder and Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya meyakini walau situasi sulit, masih ada peluang untuk bertahan, bahkan bertumbuh lebih baik selepas covid-19. Hermawan yakin perusahaan atau brand yang tetap inovatif serta mempertahankan kualitas layanannya akan semakin bertumbuh pasca covid-19. Pasalnya mereka akan tetap diingat karena manuver dan strategi loyalnya kepada konsumen. Begitupun dengan BUMDes yang selalu inovatif akan bisa eksis hingga Covid 19 usai. Bravo BUMDes Jambi.
(Penulis adalah Tenaga Ahli Madya Pengelolaan Keuangan Desa dan Pengembangan Ekonomi Lokal Kemendes PDT RI untuk Provinsi Jambi)