BERJAMBI.COM – Dalam lintasan sejarah, membangun peradaban umat manusia butuh waktu yang panjang. Kekaisaran Romawi mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Kaisar Octavianus Augustus yakni pada usia hampir 400 tahun sejak berdirinya kekaisaran Romawi. Hal yang sama juga terjadi dengan kejayaan bangsa Yunani. Pada saat sudah berusia ratusan tahun baru mencapai puncak kejayaannya. Demikian juga halnya dengan peradaban Islam, yang mencapai puncak kejayaannya saat berusia 170 tahun. Yaitu saat pemerintahan dinasti Abbasiyah masa pemerintahan Harun al Rasyid (170-193 H).
Jambi sebagai daerah yang baru berumur 65 tahun rasanya sangat naif ketika menginginkan negeri ini mencapai kejayaannya dengan pendapatan per kapita lebih dari US$ 9000 per tahun (standar hidup penduduk negara maju, red). Tapi harapan Jambi sebagai daerah yang maju, kiblat ekonomi kawasan Sijori (Singapura, Johor dan Indonesia) perlu terus digaungkan. Berbagai infrastruktur yang menunjang pertumbuhan ekonomi Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini wajiblah terus dibangun. Makanya, merupakan pilihan yang cerdas ketika Gubernur Jambi DR Al Haris diawal kepemimpinannya meninjau pelabuhan Ujung Jabung yang lama terbengkalai itu. Lalu berencana melanjutkan pembangunan pelabuhan laut tersebut. Karena memang untuk membangun daerah ini jadi pusat pertumbuhan ekonomi regional butuh infrastruktur pelabuhan laut yang memadai. Dan sampai saat ini, Jambi belum memiliki pelabuhan laut tersebut seperti provinsi tetangga.
Selain itu untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Jambi, pihak pemerintah provinsi juga jangan melupakan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). BUMDesa sebagai satu satunya entitas bisnis yang legal dimiliki pemerintah desa harus didorong untuk terus tumbuh dan berkontribusi. Ketika BUMDesa besar dan maju, maka akan menyerap tenaga kerja didesa, mengurangi pengangguran, meningkat daya beli masyarakat desa dan pada akhirnya juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional.
Sampai saat ini, di Provinsi Jambi telah berdiri 1273 unit BUMDesa dan 21 unit BUMDesa bersama. Dari jumlah tersebut ada sekitar 463 nya yang tidak aktif, selebihnya berstatus aktif serta memiliki kegiatan. Meskipun ada yang menghasilkan laba, ada yang break event point (BEP) dan ada juga yang rugi. Dalam catatan penulis, pada tahun 2020 lalu, BUMDesa di Jambi memiliki omzet hingga, Rp. 8,2 miliar, atau naik sekitar 49 % dari tahun 2019 yang hanya memiliki omzet sekitar Rp. 4,8 miliar. Sementara laba yang dihasilkan pada tahun 2020 lalu yakni mencapai Rp. 1,5 miliar naik sekitar 36 % dari tahun 2019 yang hanya Rp. 877 juta rupiah.
Terlepas dari berbagai progres kemajuan tersebut, harus diakui BUMDesa memiliki banyak kendala di lapangan untuk berkembang dan maju. Diantaranya, faktor SDM yang belum memadai, jangkauan pemasaran yang masih terbatas, infrastruktur penunjang di wilayah pedesaan yang masih kurang, ditambah lagi dengan akses kemudahan perizinan dan permodalan.
Oleh karena itu, perlu kiranya pemerintah provinsi Jambi bersama-sama dengan pemerintah kabupaten untuk bersinergi untuk mendorong kemajuan BUMDesa tersebut. Misalnya dengan memberikan insentif dan peningkatan kapasitas bagi pengurus BUMDesa. Kemudian memberikan kemudahan perizinan bagi BUMDesa yang bergerak dalam industri jasa maupun produk tertentu. Selain itu bisa juga dengan membuka akses pemasaran bagi produk produk BUMDesa ke retail retail besar serta kemudahan dalam proses perizinan dan modal.
Dengan tumbuhnya BUMDesa yang ada didesa-desa, lambat laun saya yakin akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan juga provinsi Jambi. Pada akhirnya saya mengucapkan Selamat HUT Provinsi Jambi ke 65, semoga Jambi Semakin Mantap.
(Penulis adalah Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kemendes PDTT RI yang ditugaskan di Provinsi Jambi)